Pages

Selasa, 01 Februari 2011

Penulis Emang Keren! *I'm back :)*




Hello my blog, long time no see :) *bersihinsaranglaba2*

Kangen bgt rasanya pengen nulis lagi, masih nulis si,tapi ga di posting. kenapa? Ah...sudahlah...ga enak kalo dibahas. The point is I’m here :D

Oke..hari ini enaknya nulis apa ya? Sharing novel aja deh :D *sepertibiasa*

Beberapa hari yang lalu, baru aja aku nylesein novel Kau, Aku dan Kota kita-nya Tere-Liye *tetep :p *. Eh, bukan novel si,cerbung di profile FB nya beliau.

Sebenernya episode 1 cerbung ini udah di posting sejak 7 july 2010, tapi aku baru tau nya kira2 sebulan yang lalu, *udah ada sekitar 59an episode*. Diliat dari komen2 pembaca, cerita ini sih menarik,makanya aku penasaran juga pengen baca.

Akhirnya, aku mutusin buat ‘ngubek-ubek’ notes di FB nya beliau dan mulai meng copy-paste episode per episode sampai selesai. Ga langsung dibaca sih... gara-gara banyak stock film jadi mau nylesein nonton dulu.

Singkat cerita, beberapa hari yang lalu aku slesai baca. Dan WOW! Keren banget ceritanya. Sederhana sih... tentang perjalanan hidup seseorang yang hidup di gang tepian sungai Kapuas bernama Borno dan juga orang-orang sekelilingnya. Borno, seorang bujang dengan hati paling lurus di tepian Kapuas,seorang pengemudi sepit yang akhirnya jadi pemilik bengkel. Ada juga Andi, soul-mate nya Borno. Tak lupa Pak Tua, seorang tua yang bijak, petualang namun ternyata punya masa lalu yang traumatic. Dan yang pasti ada cewek tionghoa pujaan hati Borno, Mei seorang guru SD yang mempunyai kaitan masa lalu dengan Borno.

Apa istimewa nya cerita bang Borno?

Seperti yang sudah aku sebut tadi, ceritanya sederhana, amat sederhana. Tapi, pemilihan kata nya bener-bener pas. Di dalam cerita kehidupan itu juga ada 3 cerita cinta, 2 happy ending dan yg 1 berakhir tragis. Keren banget di dalam cerita ada cerita lagi. Kayak 3 bersaudara *deadly hallows* di Harry potter. Dan yg paling spesial adalah petuah-petuah yang datang dari Pak tua yg bijak.

Salah satu petuah pak tua ;

Pak Tua tersenyum getir, “Karena orang tua ini mempercayai kalimat sederhana itu, Borno, apapun yang terjadi, itulah yang terbaik bagi kita…. Itulah tingkat tertinggi seorang pertapa. Mempercayai kalimat itu segenap hatinya…. Sesuatu yang amat kita benci misalnya, boleh jadi itu baik bagi kita. Dan sebaliknya, sesuatu yang amat kita sukai, inginkan, harapkan, boleh jadi itu buruk bagi kita. Berangkatlah, anakku, dan ingatlah kalimat itu, apapun yang terjadi, itu sungguh yang terbaik bagi kita. Tuhan tidak akan pernah menipu, karena dia sungguh bukan penipu.”

Inilah ciri khas novel2 nya Tere-Liye. Selalu membawa kebaikan dalam novelnya. Menurutku, inilah yang disebut ‘dakwah terselubung’. Tanpa menggurui. Tanpa sebutan Kyai. Tanpa menyebutkan golongan. Yang ada hanya kesederhanaan. Kesederhanaan yang membawa kebaikan.

Aku ga bermaksud mengelu-elukan sesama manusia, Cuma... apa yang udah dilakukan bang Tere semoga bisa menjadi contoh muda-mudi sekarang, including me. Ah...profesi penulis emang keren! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar